'Apa perasaanku buat kamu itu sia-sia?'
Itu pertanyaan yang selalu menggerayamku tiba-tiba. Tepatnya setiap malam yang sunyi, saat semua bayanganmu satu persatu terlintas seperti rol film.
Bagaimana perasaanmu, itu semua seperti sebuah misteri tersendiri untukku. Aku seperti terlahang sebuah kabut tebal. Samar-samar kulihat hatimu, namun semuanya percuma. Tak bisa kutahu sedikitpun siapa yang sebenarnya kau suka. Yang sebenarnya kau rasakan pun aku tak tahu.
Kumohon, sedikit saja kau beri celah untukku. Aku hanya ingin tahu, siapa yang selalu ada dihatimu selama ini. Walau kemungkinan nanti aku akan menyesal mengetahuinya, tak apa. Aku hanya ingin kau jujur. Jika tak pernah ada aku dihatimu, mungkin aku akan menjauhi semua pikiran tentangmu mulau detik ini. Menjauhi semua khayalan bodoh yang kurangkai sendiri.
Kumohon jujurlah pada perasaanmu sendiri. Disini aku merasa seperti orang bodoh yang kesakitan sendiri, tanpa kau tahu dan sadari.
Waktu terus mengubahmu menjadi seekor ulat yang bermetamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah. Beberapa gadis mulai menatapmu penuh harap. Sama seperti aku. Ada asa yang mulai terlintas saat menyadari itu semua, apakah aku masih ada harapan walaupun hanya setitik? Gadis disekitarmu lebih dari aku, mungkinkah kau memilihku?
Rasa ini semakin terkurung didalam. Tak berani melongo hanya untuk menatapmu penuh harap. Aku yang pertama melihat keindahanmu, walau masih berwujud ulat. Namun belum tentu aku juga yang pertama kau beri sepasang sayap yang indah itu.


